Guru Matematika Kreatif Memotivasi Siswanya

foto artikel masuk koran

03/03/2018 – Blog UM Palembang – Belakangan ini profesi guru cenderung banyak diminati oleh hampir sebagian anak bangsa, meskipun kecenderungan ini lebih didasarkan pada adanya peningkatan kesejahteraan guru. Tapi akhir-akhir ini mulai kembali perlahan berkurang diminati sejalan dengan berkurangnya penerimaan guru PNS oleh Pemerintah, selain itu tidak menutup kemungkinan dikarenakan kompleksnya tugas dan tanggung jawab yang harus diemban seorang guru.

           Benar adanya bahwa seorang guru, harus memiliki berbagai tanggung jawab dan tugas yang harus dilaksanakan sesuai dengan tuntutan profesi guru. Tugas utama dan terpenting yang menjadi tanggung jawab seorang guru adalah memajukan, merangsang, mendorong dan membimbing siswa dalam proses belajar. Segala usaha ke arah itu harus dirancang dan dilaksanakan. Guru yang berkesan dalam menjalankan tugasnya adalah guru yang berhasil menjadikan siswanya termotivasi aktif dalam pelajaran. Oleh karena itu, guru harus berusaha memahami makna motivasi belajar itu sendiri dan mengembangkan serta menggerakkan motivasi pembelajaran siswa ke arah yang lebih baik.agar senang aktif dan inovatif dalam belajar membangun pengetahuan matematikanya.

Guru harus tahu bahwa manusia mempunyai dorongan untuk melakukan sesuatu karena alasan tertentu. Kekuatan pendorong yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan disebut motif. Prof. Herman Hudojo mengatakan bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan timbulnya dan berlangsungnya motif itu disebut motivasi.

Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi tersebut akan  mempengaruhi tinggi rendahnya keterlibatan siswa dalam kegiatan proses dan hasil kegiatan belajar. Keterlibatan aktif dalam belajar merupakan faktor terpenting bagi perestasi siswa.

Adapun macamnya motivasi terbagi menjadi dua yakni motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Motivasi Intrinsik

           Motivasi instrinsik adalah motivasi belajar yang timbul dari dalam peserta didik, misalnya siswa termotivasi belajar matematika, maka ia akan mempelajarinya dengan sungguh-sungguh tanpa adanya anjuran dari siapapun untuk berusaha mecapai tujuan tersebut dengan sukaria, karena tercapainya cita-cita itu akan mewujudkan aktualisasi diri. Minat yaitu motivasi intrinsik yang dikaitkan dengan tingkah laku seseorang yang ingin atau terdorong untuk memperoleh suatu pengetahuan atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif misalnya siswa ingin agar lebih mengerti akan penguasaan materi matematika, maka siswa tersebut secara sukarela aktif mencari dan rajin belajar dengan mengulang-ngulanginya. Minat ini, biasanya digunakan untuk mengacu kepada suatu gagasan yang berkaitan dengan emosi, misalnya siswa menyukai matematika, maka sikapnya akan mempengaruhi tingkah lakunya terhadap matematika.

            Oleh Karena itu, sedapat mungkin guru harus aktif dan kreatif memunculkan motivasi intrinsik di kalangan para siswa pada saat mereka belajar, misalnya dengan mengkaitkan kompetensi/tujuan pembelajaran yang akan dicapai, hal ini sudah terbiasa dilakukan oleh umumnya guru ketika membuka pembelajaran.

            Namun yang kreatif yang harus dilakukan guru, menurut penulis selain yang terbiasa tersebut adalah berupaya mengkaitkan tujuan pembelajaran dengan kepentingan atau kebutuhan siswa dalam kehidupannya sehari-hari termasuk dalam kehidupan masyarakat pada umumnya. Sebagai contoh seperti yang diusahakan sebagai hasil kreatif dari Dr. Abdussakir dalam tulisan yang berjudul “Belajar memilih pemimpin dari bilangan” dimuat dalam akun Facebooknya sebagai berikut.

Pertama marilah menyamakan konteks pembicaraan, yaitu bilangan riil tak negatif.
  1. Bilangan yang kurang dari 1, ketika diberi pangkat bilangan asli lebih dari satu, hasilnya justru makin kecil. Makin diberi pangkat yang lebih tinggi, makin kecil pula hasilnya. ANALOGINYA: ketika seseorang yang memiliki kecakapan, kemampuan, atau kompetensi di bawah rata-rata orang pada umumnya diberi pangkat (jabatan) … maka justru akan membawa kemunduran pada lembaga yang dipimpinnya.
  2. Bilangan 1, diberi pangkat bilangan asli berapapun, hasilnya tetap 1. ANALOGINYA: ketika seseorang yang memiliki kemampuan rata-rata orang pada umumnya diberi pangkat/jabatan … maka tidak membawa perubahan pada lembaga yang dipimpinnya. Tidak maju, tetapi juga tidak mundur. Tidak hidup tetapi tidak mati. La yamutu wa la yahya.
  3. Bilangan lebih dari 1, ketika diberi pangkat bilangan asli lebih dari satu, hasilnya justru makin besar. Makin diberi pangkat yang lebih tinggi, makin besar pula hasilnya. ANALOGINYA: ketika seseorang yang memiliki kecakapan, kemampuan, atau kompetensi di atas rata-rata orang pada umumnya diberi pangkat (jabatan) … maka akan membawa kemajuan pada lembaga yang dipimpinnya.

Apakah cukup pemimpin bermodal kecakapan, kemampuan, atau kompetensi lainnya? Tidak. Bilangan memberi ibarat lebih untuk dipelajari. Dalam matematika, ketika ada syarat harus lebih dari 1, maka bilangan yang dipelajari adalah bilangan prima.

Kedua, Bilangan prima adalah bilangan yang faktornya hanya 1 dan dia sendiri. Hanya berdua: 1 dan dia.
  1. Bilangan prima, ketika diberi pangkat bilangan asli, makin tinggi pangkatnya makin tinggi hasilnya. ANALOGINYA: pemimpin itu hendaknya juga dipilih berdasarkan seberapa dekatnya dia dengan Yang Esa, Yang Satu. Tidak cukup hanya cakap, hanya pintar … tetapi harus benar. Seberapa bertakwanya, inilah kuncinya. Takwa, kunci dibukanya pintu keberkahan. Takwa, kunci dimudahkannya segala urusan. Untuk pemimpin dan yang dipimpin.

Orang yang pintar, ketika diberi pangkat, kadang yang menjadi besar hanya dirinya … sejahtera dan keluarganya, tetapi menderita yang dipimpinnya.

Ketika benar dan pintar, pintar dan benar, sebagaimana bilangan prima, pemimpin ini memberikan layanan prima. Sejahtera yang dipimpinnya, … dan tanpa diminta, dia primadona yang dipimpinnya.

Semoga para pemimpin kita, betul-betul prima. Amanah dan aman. Aamiin.

Begitu indah dan senangnya belajar memahami matematika, ketika siswa tahu begitu berguana dan pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari bahkan akan mendekatkan diri kepada Tuhan yang Maha-Esa. Maka muncul keinginan siswa untuk menyenangi sehingga akan sungguh-sungguh aktif belajar memahami dan berusaha membangun pengetahuan matematikanya.

2. Motivasi Ekstrinsik

           Motivasi belajar juga dapat timbul karena pengaruh dari luar diri siswa, dan disebut ekstrinsik. Motivasi ini dalam kaitannya dengan belajar bersama dalam suatu kelompok pada dasarnya ada di dalam konteks pemberian penghargaan kepada kelompok sebagai motivasi saling berkompetitif antar kelompok. Dalam sudut pandang teori motivasi, adanya tujuan kelompok telah mampu menciptakan suatu situasi yang merupakan satu-satunya cara bagi setiap anggota kelompok untuk mencapai tujuannya sendiri adalah dengan mengupayakan agar tujuan kelompoknya tercapai terlebih dahulu. Ini mengakibatkan setiap anggota kelompok terdorong aktif untuk mengajak, mendukung, dan membantu koleganya berhasil menyelesaikan tugas yang diemban.

Dengan belajar berkelompok (baik model kolaborasi atau model kooperatif), upaya belajar siswa diarahkan untuk membantu kolega kelompoknya mencapai keberhasilan. Masing-masing anggota kelompok mendorong koleganya belajar, membantu upaya menguasai materi, dan menampilkan norma-norma yang menghargai keberhasilan menguasai materi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa jika para siswa belajar bersama untuk mencapai tujuan kelompok, mereka menampilkan norma-norma yang menghargai segala macam upaya yang diperlukan bagi kelompok tersebut untuk berhasil.

Motivasi ekstrinsik ini, dibutuhkan pemikiran dan tindakan kreatif dari guru pada saat melakukan kegiatan inti pembelajaran, yaitu harus merencanakan dengan seksama sebelum melakukan proses pembelajarannya. Hal ini penting mengingat diberlakukannya kurikulum 13, kurikulum ini menuntut guru mengaktifkan siswa dalam pembelajarannya, ini berarti guru harus membawa siswa belajar dalam situasi bekerja aktif berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil. Dalam situasi inilah guru harus kreatif memberikan, memunculkan, dan mengembangkan motivasi intrinsik kepada siswanya, yaitu bagaimana seorang guru matematika membuat strategi pembelajaran dengan meramu, yaitu memadukan pendekatan, model, strategi, metode, dan teknik pembelajarannya sehingga yang demikian itu akan memotivasi siswa untuk aktif dan inovatif untuk membangun hingga memahami dan memiliki pengetahuan matematikanya sesuai dengan kompetensi dan tujuan yang ingin dicapai dari pembelajaran tersebut.

Demikian, semoga tulisan ini dapat menginspirasi guru matematika khususnya dan guru pada umumnya untuk selalu kreatif memotivasi siswanya untuk aktif belajar, sehingga menjadi guru yang berkesan dan menyenangkan bagi siswanya. Kita yakin bahwa guru yang berkesan dan menyenankan adalah guru yang ikhlas dalam menjalankan tugasya dan tidak akan bertindak enarkis dengan siswanya, seperti yang akhir-akhir ini terjadi di sekolah. By Muslimin Tendri diterbitkan di koran Sumatera Express pada tanggal 29 November 2017.

About the Author: muslimin-tendri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.