23Oct/15

Subject Specific Pedagogic (SSP)

Subject Specific Pedagogic (SSP) adalah landasan atau kerangka acuan bagi para mahasiswa (calon guru/guru) dalam mengembangkan perangkat pembelajaran, melalui kegiatan analisis. Tahapan dalam analisis tersebut meliputi:

  1. Analisis SiswaPengertian Analisis
  2. Analisis Kurikulum
  3. Analisis Konsep
  4. Pembuatan Peta Konsep
  5. Analisis Model Pembelajaran
  6. Tahap Perancangan, yang meliputi: penentuan jenis perangkat, media, dan format perangkat pembelajaran yang akan dibuat serta.

Penjelasan lebih lanjut mengenai SSP dapat Anda download disini

23Oct/15

Hakikat Pembelajaran Sains, Tantangan Pembelajaran Biologi Abad 21, dan Standar Nasional Pendidikan (SNP) K13

21st_century_classroom

Sebelum mendesain sebuah bahan ajar, untuk mata pelajaran Biologi SMA khususnya, para mahasiswa dituntut untuk memiliki pengetahuan dasar tentang pembuatan bahan ajar terlebih dahulu. Pengetahuan dasar tersebut meliputi:

  • Hakikat Pembelajaran Sains (Biologi)

Hakikat pembelajaran sains (Biologi) mencakup tiga hal, yaitu sains sebagai proses, sains sebagai produk, dan sikap ilmiah. Ketiga hal tersebut menentukan arah kegiatan pembelajaran yang harus dirancang dan juga jenis penilaiannya. Dengan memahami ketiga hal tersebut diharapkan para mahasiswa (calon guru/guru) dapat menyusun bahan ajar dengan baik.

  • Tantangan Pembelajaran Biologi di Abad 21

Seperti halnya ilmu yang terus berkembang dari masa ke masa, pembelajaran biologi pun juga dituntut untuk terus menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman. Pada abad 21, ilmu pengetahuan dapat diakses dimana saja dan kapan saja dengan bantuan teknologi. Oleh karena itu, para mahasiswa (calon guru/guru) dituntut untuk terampil mengembangkan bahan ajar, khususnya bahan elektronik sesuai kebutuhan di abad 21.

  • Standar Nasional Pendidikan (SNP) Kurikulum 2013

Kompleksitas abad 21 turut melahirkan perubahan pada sistem pendidikan di Indonesia, yaitu terjadi peralihan dari Kurikulum 2006 (KTSP) ke Kurikulum 2013. Pada kurikulum 2013 terjadi perubahan pada empat Standar Nasional pendidikan (SNP) Indonesia, yang meliputi: Standar Proses, Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, dan Standar Penilaian. Oleh karena itu, para mahasiswa (calon guru/guru) dituntut untuk memahami perubahan pada ke empat SNP tersebut agar dapat diaplikasikan dalam bahan ajar yang dibuat.

Penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga hal tersebut dapat Anda download disini

23Oct/15

Pengantar Mata Kuliah Pembuatan Bahan Ajar

learn

Pembuatan Bahan Ajar (PBA) merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh para mahasiswa semester VII di Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Muhammadiyah Palembang. Mata kuliah ini memberikan dasar pemahaman tentang:

  1. Pengetahuan dasar dalam menyusun bahan ajar.
  2. Prinsip-prinsip penyusunan bahan ajar.
  3. Berbagai bentuk bahan ajar, baik elektronik maupun non-elektronik.
  4. Langkah-langkah pengembangan bahan ajar dengan bantuan program pendukung (Movie maker, Ulead Video, Lectora, dan Prezi)

Deskripsi mata kuliah, tujuan perkuliahan, rencana perkuliahan, dan kontrak kuliah selengkapnya dapat Anda download disini

22Jan/13

The Effect of Moringa Root Teratogenic (Moringa oleifera Lamk.) implication the Mouse Fetus (Mus musculus L.) Swiss Webster Strain

The Effect of Moringa Root Teratogenic (Moringa oleifera Lamk.) implication the Mouse Fetus (Mus musculus L.) Swiss Webster Strain

Oleh
Novita Sari, Saleh Hidayat, Sri Wardhani
Vsary@rocketmail.com, saleh_UMP@yahoo.com dan s_wardhaniump@yahoo.com
FKIP Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang

Abstract
Moringa (Moringa oleifera Lamk.) has many benefits, but one of the part of moringa plant has a teratogenic effect, it is on the root. It needs evidence to test the level of moringa root teratogenic toward the organism that is sensitive to the teratogen material. In this research, the organism that used was the mouse (Mus musculus L.). The problems in this research does the root of moringa (Moringa oleifera Lamk.) affect the mouse fetus (Mus musculus L.) The method that used in this research was the experiment method with Completely Randomized Design (CRD) 4 treatments and 6 replication. The results showed extracting of moringa root (Moringa oleifera L.) in various concentrations (10%, 20% and 30%) affect the mouse fetus (Mus musculus L.) significantly, they are hemorrhage and the hunched body. It saw from the results of variance analysis (Anava) fetus that the significance of hemorrhage 0.015 > α 0.05 and for significance of hunched body 0.00 2 > α 0.05. So it can be concluded the extract of moringa root affects toward the mouse fetus significantly.

Keywords: teratogenic, the concentration of extract, moringa root, mouse

ABSTRAK
Kelor (Moringa oleifera Lamk.) mempunyai banyak manfaat, tetapi salah satu bagian tanaman kelor mempunyai efek teratogenik yaitu pada akarnya. Perlu dilakukan pembuktian untuk menguji tingkat teratogenik akar kelor terhadap organisme yang sensitif dengan material teratogen. Pada penelitian ini organisme yang digunakan adalah mencit (Mus musculus L.). Masalah dalam penelitian ini apakah akar kelor (Moringa oleifera Lamk.) berpengaruh terhadap fetus mencit (Mus musculus). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 6 ulangan. Hasil penelitian membuktikan pemberian ekstrak akar kelor (Moringa oleifera L.) dalam berbagai konsentrasi (10%, 20% dan 30%) berpengaruh nyata terhadap fetus mencit (Mus musculus L.) yaitu hemoragi dan tubuh bongkok. Hal tersebut terlihat dari hasil analisis varian (Anava) fetus yang hemoragi signifikansinya 0,015 > α 0,05 dan untuk tubuh bongkok signifikansinya 0,002 > α 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak akar kelor dapat berpengaruh nyata terhadap fetus mencit.

Kata Kunci: Teratogenik, konsentrasi ekstrak, akar kelor, mencit
Continue reading

26Dec/12

Model Pembelajaran Berbasis Proyek dan Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Modul Terhadap Hasil Belajar Siswa

The Influence of Project-Based Learning’s Model and Problem-Based Learning with Module on Students Achievement Score in Ecosystem Materials at State of Senior High School 1 Jejawi

 

Oleh

Wulandari Saputri1, Saleh Hidayat2, Sri Wardhani3

wulandari.saputri130@gmail.com,

saleh_UMP@yahoo.com, dan s_wardhaniump@yahoo.com

FKIP Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang

 

Abstract

 

The background of this research by the teachers teaching pattern in delivering material in classroom was conventional that has effect to the low students achievement score in Biology subject. Whereas to increase students achievement score was the duty and responsibility of the teachers. In this case applying project-based learning and problems-based learning was one of alternative to increase students achievement score. Both of them have proven increasing students achievement score even if it was applied together in teaching material to support independent learning concept, i.e. module. The objective of the study was to find out the differences between students achievement score was taught using project-based learning and problems-based learning with module in ecosystem material at Public Senior High School 1 Jejawi. The hypotheses in this research, guess that any difference at students achievement score which taught using project-based learning and problems-based learning with module in ecosystem material at State of Senior High School 1 Jejawi. This research used quasi experimental method. Based on the result of independent sample t-test belong from post-test both of class got match-t 2,546 > t-table 1,9917, it means that applying problems-based learning is different with project-based learning. In conlusion, there were differences students achievement score between project-based learning and problems-based learning with module in ecosystem material at State of Senior High School 1 Jejawi.

 

Key word: project-based learning, problem-based learning, module

 

ABSTRAK

 

Continue reading